September 2009 - Blog Poenya eReS


Feeds RSS

2009/09/30

Salam Buat Sang Fajar

karya dari;
Kalidasa, seorang aktor drama India



Lihatlah hari ini
Sebab ia adalah kehidupan, kehidupan dari kehidupan
Dalam sekejap dia telah melahirkan berbagai hakikat dari wujudmu
Nikmat pertumbuhan
Pekerjaan yang indah
Indahnya kemenangan
Karena hari kemarin tak lebih dari sebuah mimpi
Dan esok hari hanyalah bayangan
Namun hari ini ketika anda hidup sempurna
Telah membuat hari kemarin sebagai impian yang indah
Setiap hari esok adalah bayangan yang penuh harapan
Maka lihatlah hari ini
Inilah salam untuk sang fajar Read More......
Bookmark and Share

2009/09/29

Tersenyumlah

Karya;
Elia Abu Madhi

Orang berkata, "Langit selalu berduka dan mendung"
Tapi aku berkata, "Tersenyumlah, cukuplah duka cita dilangit sana"
Orang berkata, "Masa muda telah berlalu dariku"
Tapi aku berkata, "Tersenyumlah, bersedih menyesali masa muda tak kan pernah mengembalikannya"

Orang berkata, "Langitku yang ada di dalam jiwa
telah membuatku merana dan berduka.
Janji-janji telah mengkhianatiku ketika kalbu telah menguasainya.
Bagaimana mungkin jiwaku sanggup
mengembangkan senyum manisnya"

Maka akupun berkata, "Tersenyum dan berdendanglah,
kala kau membandingkan semua umurmu kan habis untuk
merasakan sakitnya"


Orang berkata, "Perdagangan selalu penuh intrik dan penipuan,
ia laksana musafir yang akan mati karena terserang rasa haus"

Tapi aku berkata, "Tetaplah tersenyum,
karena engkau akan mendapat penangkal dahagamu.
Cukuplah engkau tersenyum,
karena mungkin hausmu akan sembuh dengan sendirinya.
Mengapa engkau harus bersedih dengan dosa
dan kesusahan orang lain,
apalagi sampai engkau seolah-olah
yang melakukan dosa dan kesalahan itu?"


Orang berkata, "Sekian hari raya telah tampak tanda-tandanya
seakan memerintahkanku membeli pakaian dan boneka-boneka.
Sedangkan aku punya kewajiban bagi teman-teman dan saudara,
namun telapak tanganku tak memegang
walau hanya satu dirham adanya"

Ku katakan, "Tersenyumlah,
cukuplah bagi dirimu karena Anda masih hidup,
dan engkau tidak kehilangan saudara-saudara
dan kerabat yang kau cintai"


Orang berkata, "Malam memberiku minuman 'alqamah
tersenyumlah, walaupun kau makan buah 'alqamah
Mungkin saja orang lain yang melihatmu berdendang
akan membuang semua kesedihan. Berdendanglah
Apa kau kira dengan cemberut akan memperoleh dirham
atau kau merugi karena menampakkan wajah berseri?
Saudaraku, tak membahayakan bibirmu jika engkau mencium
juga tak membahayakan jika wajahmu tampak indah bersemi
Tertawalah, sebab meteor-meteor langit juga tertawa
mendung tertawa, karena kami mencintai bintang-bintang


Orang berkata, "Wajah berseri tidak mebuat dunia bahagia
yang datang ke dunia dan pergi dengan gumpalan amarah"

Ku katakan, "Tersenyumlah, selama antara kau dan kematian
ada jarak sejengkal, setelah itu engkau tidak akan pernah tersenyum"

Read More......
Bookmark and Share

2009/09/21

Ramadhan yang telah berlalu

Bulan Ramadan telah berlalu dan bergabung ke satuan waktu masa silam. Dan masa perawatan intensif hati itu pun telah berakhir. Lantas, apakah diri ini telah membuktikan kekuatan menahan keinginan dan perasaan, kesetiaan dalam ucapan, kesejatian dalam sikap, dan ketabahan dalam melaksanakan komitmen yang sudah diputuskan selama menjalini bulan ramadhan kemarin. Wallahu‘alam. Tapi walau diri ini merasa belum mampu melaksanakan seluruh kebaikan-kebaikan selama bulan ramadhan, tapi janganlah lantas merasa diri ini telah kalah. Karena kemenangan sejati bukanlah di bulan ramadhan, tetapi justru di bulan-bulan berikutnya.

Keinginan utama diri ini memang untuk menjalankan tugas sebagai hamba Allah dengan sebaik-baiknya. Namun dunia ini masih saja indah di depan mata. Setan tak ada henti-hentinya berusaha untuk menggelincirkan anak cucu Adam, sesuai dengan komitmen yang ia ikrarkan di hadapan Allah “Iblis berkata, ‘Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka’.” (QS. Al Hijr: 39-40).

Yang pasti kita termasuk dalam lingkup "Ajma'in" yang akan digelincirkan oleh setan, dan sama sekali belum ada jaminan untuk masuk dalam golongan mereka yang "mukhlashin” (yang mendapat taufiq untuk selalu melaksanakan ketaatan). Sehingga diri ini pun masih jatuh-bangun melawan keinginan nafsu yang tak pernah berhenti menggoda.

Di saat diri ini bergelimang dosa, ketaatan pun jarang dilakukan. Hidup dipenuhi hal-hal yang tidak bermanfaat untuk hari esok di akhirat. Sekali melakukan kebaikan, diri ini tidak ikhlas: full riya dan mengharapkan sesuatu yang lain. Sehingga tidak ada lagi yang bisa diharapkan. Padahal masa beramal itu terbatas. Hidup ini ada ujungnya. Dan ketika semuanya telah berakhir, akan ada suatu hari yang pasti; ketika semua harapan telah tertutup; ketika tidak ada naungan selain naungan-Nya; tidak ada pertolongan selain pertolongan-Nya; maka "Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh ia telah beruntung" (QS. 3:185).

Di hari itu suasananya sangat berbeda. Semua ditentukan amalnya. "Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan gembira ria. Dan banyak [pula] muka pada hari itu tertutup debu, dan ditutup lagi oleh kegelapan. Mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka." (QS. 80:37-42). Entah diri ini akan termasuk golongan yang mana.

Ada seseorang yang berkata:
“Jangan buru-buru kau gulung sajadahmu,
meski Ramadhan kan berlalu
karena ibadah tak kenal waktu”


Bulan ramadhan yang menjadi bulan penggemblengan telah berakhir. Dan hasilnya akan terlihat pada sebelas bulan berikutnya. Apakah diri ini akan lebih rajin beribadah?. Apakah diri akan lebih giat lagi berderma?. Apakah diri akan lebih peduli pada kaum yang kekurangan?. Apakah diri ini akan lebih rajin lagi menabur kebaikan?.

“Rabbana zhalamna anfusana wa in lam taghfir lana wa tarhamna lanakunanna minal-khasirin”


Read More......
Bookmark and Share