Mei 2010 - Blog Poenya eReS


Feeds RSS

2010/05/31

Tentang Sebuah Mobil Mewah


Pada malam hari menjelang tengah malam, aku bersama seorang sahabat asik duduk lesehan dipinggir jalan. Kami ngobrol ngalor ngidul nggak jelas sambil menikmati nasi kucing dan hangatnya susu jahe. Ditengah obrolan kami, tiba-tiba mata kami terganggu sorotan lampu sebuah mobil. Sebuah mobil mewah parkir tepat didepan kami duduk dan tidak lama kemudian pengemudinya turun dan berjalan entah kemana.

“Cuy, apa lo mau punya mobil mewah seperti itu?," tanya sahabatku tiba-tiba.

“Menurut lo?. Cuma orang gila yang gak mau punya mobil mewah seperti itu,” jawabku.

“Seandainya mobil itu milik lo, apa yang akan lo lakukan?. Apa lo bakal benar-benar menjaganya,” tanyanya lagi.

“Tentu aja. Tiap hari bakal gua cuci supaya tetap keliatan bersih. Gua pasang sistem keamanan tercanggih biar tidak mudah dicuri. Mengemudikannya pun gua bakal hati-hati karena gua gak mau ada kecelakaan yang menimpa mobil gua. Bahkan tergores sedikit pun pasti akan bikin gua marah. Gua gak peduli berapa banyak uang dan energi yang harus gua keluarkan untuk membiayai semua itu,” ujarku.

“Subhanallah. Cuy, seandainya mobil itu adalah Islam. Masihkah lo akan melakukan hal yang sama dengan apa yang akan lo lakukan untuk menjaga mobil mewah lo,” tanya sahabatku.

Aku terdiam dan tak mampu menjawab pertanyaan sahabatku itu. Sungguh perandaian yang membuat bibir ini mendadak bisu. Betapa tidak, begitu banyak orang yang telah membuat goresan-goresan pada Islam dari semua sisi. Tapi apakah aku dan muslim-muslim lainnya peduli?. Mungkin hanya sedikit yang peduli. Mengapa aku dan banyak muslim-muslim lain tidak peduli?. Itu karena aku dan mungkin banyak muslim-muslim lain belum menghabiskan kekayaan dan energi untuk kepentingan Islam, sehingga nilai itu belum mampu merasuk kedalam hatiku juga kedalam hati tiap-tiap muslim lainnya.

~~eReS~~

Read More......
Bookmark and Share

2010/05/29

Nasihat Mbah: “Sholat Tepat Waktu”

Kesendirianku berada diantara kolam-kolam tempat benih-benih lele dipelihara, aku sangat menikmati kesibukanku yang baru yaitu memberi makan benih-benih lele yang masih seukuran 2cm. Ahh, senangnya bisa merasakan kesibukan lain, lepas dari rutinitas kantor yang kadang menjemukan dan sumpeknya kota Jakarta.

Ditengah keasikanku itu, tanpa kusadari mbah kakung datang menghampiriku dan berkata, “le, dah waktunya ashar. Ndang sholat dulu”.

“iya mbah, sebentar lagi. Belum puas rasanya kalau belum melihat sampai makanan-makanan itu habis dilahap,” ucapku.

Selesai makanan-makanan itu habis, aku pun segera mengambil air wudhu. Pada saat aku berjalan kearah kamar untuk sholat ashar, mataku melihat kearah jam. “Astaghfirullah, sudah jam setengah lima. Ternyata cukup lama juga ya aku berada di kolam ikan,”ucapku dalam batin.

Selepas sholat ashar, aku mencari dimana gerangan mbah kakung berada. Nah itu dia, ternyata mbah kakung ada di pendopo sedang menikmati kopi dan roti sumbu (singkong). Aku berjalan menghampiri mbah kakung, dan kemudian duduk disampingnya.

“Le, apa kamu di Jakarta setiap sholat selalu tidak tepat waktu?” tanya mbah.

“Kalau sholat maghrib dan isya insyaallah tepat waktu mbah, karena itu bertepatan jam pulang kantor. Jadi saya bisa mampir di masjid pinggir jalan untuk sholat jamaah. Sholat subuh pun insyaallah juga tepat waktu, karena biasanya sebelum subuh alarm saya sudah bunyi jadi saya juga bisa jamaah di masjid dekat rumah. Tapi kalau saya tidur larut malam, kadang saya tidak bisa mendengar bunyi alarm dan pastinya sholat subuh pun jadi telat,” jawabku.

“Paling sering yang agak molor waktunya sih sholat dzuhur dan ashar mbah,” jawabku lagi.

“Kenapa?” tanya mbah.

“Kalau dzuhur biasanya masih banyak kerjaan yang tanggung untuk ditinggalkan dan setelah selesai pun saya biasanya makan siang dulu mbah, setelah itu baru sholat dzuhur. Kalau ashar biasanya banyak kerjaan yang harus saya selesaikan supaya saya pulang kantor tidak membawa beban pikiran kerjaan ke rumah karena kerjaan yang belum selesai. Setelah yakin semua selesai, baru saya sholat ashar,” jawabku.

“Lantas, kalau kamu mau ke kamar mandi apa kamu juga menunggu sampai semua kerjaan kamu itu selesai?” tanya mbah.

“ya nggak lah mbah, mana kuat kalau harus nahan. Jadi ya ke kamar mandi dulu trus lanjut kerja lagi,” jawabku.

“Nah, kalau kamu ndak bisa nahan keinginan untuk ke kamar mandi. Kenapa alasan kesibukan yang kamu pakai untuk menunda-nunda sholat tepat waktu” kata mbah.

“Le, sholat itu ada waktunya. Dan alangkah baiknya kalau kamu bisa mengerjakannya tepat waktu. Apa kalau kamu menunda-nunda waktu sholat, kamu yakin masih sempat di kasih waktu oleh Gusti Allah untuk mengerjakan sholat yang kamu tunda waktunya. Bagaimana kalau waktu sholat yang kamu tunda itu adalah sholat kamu yang terakhir” kembali mbah berkata.

“Bagus kalau kamu bisa mengerjakan sholat maghrib, isya dan subuh berjamaah di masjid. Tapi akan jauh lebih baik kalau kamu bisa mengerjakan sholat 5 waktu berjamaah di masjid. Kanjeng Nabi pernah mengancam akan membakar rumah-rumah yang ada penghuni laki-laki di dalamnya tetapi tidak mengerjakan sholat wajib di masjid. Karena sebaik-baiknya tempat sholat wajib untuk laki-laki adalah di masjid” tutur mbah.

“kamu ngerti maksud simbah toh le?” tanya mbah.

“Insyaallah ngerti mbah, terimakasih sudah diingatkan,” kataku.

“Ya wis, sekarang makan rotinya. Di Jakarta kamu jarang ketemu roti kayak gini toh. Habis makan, ndang mandi. Sebentar lagi masuk waktu maghrib. Sama-sama kita jamaah di masjid,” ucap mbah.

“Ya mbah,” kataku.

Aku pun ikut menikmati roti sumbu bersama mbah kakung, dan setelah itu segera mandi dan bersiap-siap ke masjid untuk menunaikan sholat maghrib berjamaah.



“Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.”(QS. Al Baqarah: 43)

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam telah bersabda: “Aku berniat memerintahkan kaum muslimin untuk mendirikan shalat. Maka aku perintahkan seorang untuk menjadi imam dan shalat bersama. Kemudian aku berangkat dengan kaum muslimin yang membawa seikat kayu bakar menuju orang-orang yang tidak mau ikut shalat berjamaah, dan aku bakar rumah-rumah mereka”. (Al Bukhari-Muslim)

Dan dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Seorang laki-laki buta datang kepada Nabi dan berkata: “Wahai Rasulullah, aku tidak mempunyai penuntun yang akan menuntunku ke Masjid. ” Maka dia minta keringanan untuk shalat dirumah, maka diberi keringanan. Lalu ia pergi, Beliau memanggilnya seraya berkata: “Apakah kamu mendengar adzan?". "Ya," jawabnya. Nabi berkata:”Kalau begitu penuhilah (hadirilah)!” (HR. Muslim)


~~eReS~~
Read More......
Bookmark and Share

2010/05/22

"Just Take Care My Eyes Please"


Ada seorang gadis buta. Dan karena kebutaannya itu membuat dia membenci dirinya sendiri serta membenci semua orang, kecuali kekasihnya tercinta. Kekasih yang selalu setia dan selalu ada untuknya. Gadis itu mengatakan kalau seandainya dia bisa melihat, maka dia ingin sekali menikah dengan kekasihnya itu.

Suatu hari, ada seseorang yang berbaik hati mendonasikan sepasang mata untuknya, sehingga gadis itu bisa melihat segalanya, termasuk kekasihya tercinta.
Kekasih prianya itu bertanya padanya,"sekarang kau sudah bisa melihat, apakah engkau mau menikahi denganku?"
Gadis itu sangat shock ketika tahu kekasih yang selama ini dicintainya itu ternyata juga buta, dan dia pun menolak untuk menikahi dengan kekasihnya itu.

Dengan berlinang air mata, kekasihnya itu lantas pergi, dan kemudian menulis sepucuk surat untuk gadis itu dan berpesan,"TOLONG JAGA MATA SAYA BAIK-BAIK....."

Beginilah manusia manakala status mereka berubah maka sifat mereka pun berubah. Hanya sedikit saja yang masih tetap mengingat apa, siapa dan bagaimana mereka hidup dahulunya, bahkan tetap mengingat siapa saja yang selalu setia menemaninya manakala mereka berada saat-saat sulit.

Read More......
Bookmark and Share

2010/05/21

Ayah, bolehkah aku membeli 1 jam waktumu?


Seorang pria pulang ke rumah menjelang tengah malam sehabis kerja lembur di kantor. Masih tergurat di wajahnya rasa lelah dan kesal. Setiba di pintu, didapati anaknya yang berumur 5 tahun sedang menunggunya.

“Ayah, bolehkah aku menanyakan sesuatu kepadamu?” sang anak bertanya.

“Ya, tentu, ada apa nak?” jawab sang ayah.

“Ayah, berapa banyakkah uang yang ayah dapatkan selama 1 jam ayah bekerja?” kembali tanya sang anak.

“Itu bukan urusan kamu!, lagi pula kenapa kamu bertanya seperti itu?” kata sang ayah dengan nada sedikit meninggi.

“Saya hanya ingin tahu ayah. Tolong beritahu saya berapa banyakkah uang yang ayah dapatkan selama 1 jam ayah bekerja?” rengek sang anak.

“Kamu bener mau tahu, ayah dibayar Rp40.000,- per jam”, kata sang ayah.

“Oh,” anak itu menjawab dan kemudian menundukkan kepalanya. Beberapa saat kemudian, kepalanya kepalanya kembali diangkat dan menatap kepada ayahnya seraya berkata, “Ayah, bolehkah aku meminjam Rp20.000,- kepadamu?”

Sang ayah menjadi sangat marah dan berkata,”jadi kamu menanyakan berapa banyak uang yang ayah dapat selama ayah bekerja hanya untuk meminjam uang yang akan kamu pakai untuk jajan atau untuk membeli mainan tidak berguna. Lebih baik kamu lekas masuk kamar dan segera tidur. Janganlah menjadi anak yang hanya meikirkan kesenangannya sendiri. Ayah cukup lelah setelah bekerja keras setiap harinya dan tidak punya banyak waktu untuk menanggapi permainan tidak penting seperti itu.”

Anak itu terdiam, kemudian pergi ke kamarnya dan menutup pintu. Pria itu kemudian duduk dan setelah beberapa lama ia baru menyadari kesalahannya. Bagaimana mungkin ia bisa begitu marah kepada anaknya hanya karena anaknya bertanya tentang berapa banyak uang yang ia dapatkan untuk bekerja. Pasti ada alasannya sehingga anaknya berani menanyakan hal tersebut padanya. Mungkin memang benar-benar ada yang ingin di belinya dengan uang Rp 20.000,- itu. Bukankah anaknya sangat jarang sekali meminta uang kepadanya. Pria itu kemudian bangkit , berjalan kearah kamar anaknya dan kemudian membuka pintu. “Nak, apakah kamu sudah tidur?” tanyanya.

“Belum ayah, aku belum dapat memejamkan mata,” jawab sang anak.

“Ayah minta maaf padamu nak, mungkin ayah berkata terlalu keras padamu tadi. Hari ini adalah hari yang melelahkan untuk ayah, dan rasanya tidak adil kalau ayah harus menumpahkan kekesalan ayah padamu. Ini uang Rp20.000 yang kamu minta,” kata sang ayah.

Anak itu kemudian bangun dan duduk dengan tegak serta wajahnya menjadi berseri-seri. “Terimakasih ayah!” kata sang anak setengah berteriak. Lalu ia membalikkan bantalnya dan mengambil lembaran-lembaran uang kusut yang ada di bawah bantal tersebut. Anak itu perlahan menghitung semua uang yang dimilikinya. Sang ayah yang melihat bahwa anaknya sudah mempunyai uang, kembali menjadi marah.

“Kamu sudah memiliki sejumlah uang, mengapa kamu masih menginginkannya lebih banyak lagi?” tanya sang ayah dengan sedikit menggerutu.

“Karena uang yang aku miliki masihlah kurang, tapi sekarang uang yang aku miliki telah cukup,” jawab sang anak.

“Ayah, aku telah memiliki uang RP40.000,- sekarang... Ayah, bolehkah aku membeli 1 jam waktumu?”....

Read More......
Bookmark and Share

Am I Thankful To Allah


Am I truly grateful for each breath that I take,
For each and every moment that I am awake?

Do I thank Allah for my restful sleep,
And for the dreams that cause me to weep?

Am I honestly thankful to the Almighty One,
For the early morning mist, the bright, rising sun?

During Fajr prayer, I use my soft prayer mat,
As Allah’s servant, do I appreciate that?

Throughout the day, do I realize,
That Allah, All knowing and the Most Wise,

Gives me what I need and so much more
And that I have so much to be grateful for?

The scent of fresh rain, a small child’s laugh,
My sisters who choose to stand for Islam,

Each piece of fruit, each glass of water,
Brothers protecting their sons and their daughters.

A grandmother’s love, a book of Hadith,
The clothes that I wear, the food that I eat.

The book that I should follow, the Holy Quran,
Promoting the good and ending the wrong.

So I must ask myself every beautiful day,

Am I truly grateful for each breath that I take,
For each and every moment that I am awake?

Do I thank Allah for my restful sleep,
And for the dreams that cause me to weep?



Sumber: islamicpoems
Read More......
Bookmark and Share

2010/05/20

Karena Buta Yang Sesungguhnya Adalah Buta Hati

Di sebuah kampung, hidup seorang laki-laki yang telah lama mengalami kebutaan. Ia hidup bahagia bersama istri yang mencintainya, seorang anak laki-laki yang berbakti serta seorang sahabat yang selalu setia menemaninya. Diantara sekian banyak kebahagiaan yang dirasakannya, hanya satu hal yang ia rasakan kurang yaitu kegelapan yang selalu menaungi hari-harinya. Ia selalu berdoa sekiranya ia mendapatkan kesempatan untuk dapat melihat kembali cahaya, sehingga ia dapat melihat bahagia yang dirasakannya dengan mata kepalanya sendiri.

Pada suatu kesempatan, ada seorang dokter spesialis mata datang ke kampungnya. Mendengar berita tersebut, ia dengan suka cita mendatangi dokter mata tersebut dan meminta bantuannya agar mau mengobatinya agar matanya dapat kembali melihat. Setelah selesai memeriksa matanya, dokter kemudian memberikan obat tetes mata dan berpesan agar obat tetes mata itu digunakan secara teratur.

Setelah beberapa hari menggunakan obat tetes mata itu secara teratur, mendadak ia dapat kembali melihat cahaya dan mendapati dirinya sedang berada diluar rumah. Tentu saja ia sangat gembira karena kedua matanya telah kembali normal. Dengan luapan rasa gembira ia berlari kedalam rumah dengan maksud untuk memberitahu kepada istrinya. Ketika ia membuka pintu satu kamar, ternyata didapati istrinya sedang berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Kemudian ia membuka pintu kamar yang lain, dan ia didapati anak laki-lakinya sedang mencuri harta kekayaannya.

Sungguh pemandangan yang tidak dapat dipercayainya dan tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Ia kemudian melangkah mundur dan merasa menyesali akan sembuhnya kedua matanya. Ia kemudian mengambil paku dan membutakan kembali kedua matanya serta kembali pada kebahagiannya semula.

Renungan;
Mungkin saja musibah yang menimpa adalah sebuah kebaikan untuk kita, hanya saja kadang kita tidak peka untuk dapat menangkap hikmah dibalik musibah yang menimpa tersebut.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.....” (Al-Baqarah : 216)

Seorang penyair berkata,
“Musuh-musuhku mencelaku, padahal aib ada pada mereka.
Bukan sebuah kehinaan kalau harus disebut buta.
Jika seseorang hanya melihat keperwiraan dan ketakwaan,
maka butanya 2 mata bukanlah kebutaan.
Saya melihat dalam kebutaan ada pahala, simpanan dan penjagaan,
dan aku mebutuhkan ketiganya”


Qadha’ Allah pasti akan diberlakukan, baik kepada yang menolak atau yang menerima. Yang menerima akan mendapatkan pahala dan kebahagiaan, sedangkan yang menolak akan berdosa dan sengsara.

Read More......
Bookmark and Share

2010/05/14

Saat Kita Menangis


Seringkali, ketika sesuatu yang telah kita rencanakan dan harapkan tidak terjadi barulah kita mengingat Dia. Kita baru menyadari, jika Allah telah menentukan dan berkehendak maka kita tidak memiliki daya dan upaya untuk mencegahnya. Dan saat itulah kita baru menangis dan merasakan sesal atas apa yang terjadi. Namun, tatkala segala rencana dan harapan itu terwujud, masihkah kita ingat dan bersyukur kepada-Nya?..


Menangis, sudah amat biasa kita lakukan manakala kita merasa harapan dan cita-cita kita berantakan, atau rencana dan tujuan yang ingin kita capai itu gagal serta segala kebuntuan yang dialami ketika segala daya upaya telah dilakukan.

Titik-titik air mata yang jatuh menetes seharusnyalah menyadarkan kita agar senantiasa mengingat-Nya. Dengan menangis, kita semestinya dapat membasahi kekeringan hati, melelehkan kerak kegersangan dan menghancurkan bongkah-bongkah keangkuhan dalam dada, hingga kita sadar bahwa kita tidaklah berhak untuk sombong serta menghadirkan kembali wajah Dia yang mengiringi setiap langkah kita selanjutnya. Semestinya pula, melelehkan air mata membuat hati tetap basah oleh ke-tawadlu-an, qona’ah, dan juga cinta terhadap sesama.

Air mata, menjadi penyadar bahwa apa pun yang kita upayakan semua tergantung pada-Nya. Tak ada yang patut disombongkan pada diri di hadapan sesama apalagi di hadapan Dia.

Air mata, akan mengantarkan kita pada kekhusyukan. Bersyukurlah bila masih bisa meneteskan air mata. Namun, air mata menjadi tak ada artinya jika setelah tetes terakhir, tak ada perubahan apa pun dalam langkah kita. Tak akan ada hikmahnya, bila kesombongan masih menjadi baju utama kita.

”Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk.” (QS Al-Israa [17]: 109).

Titik-titik air mata yang jatuh dalam setiap tangisan kita termasuk emosi yg perlu kita keluarkan,untuk meringankan hati dan pikiran kala kita sedang sedih, kalut dan mungkin juga marah. Tapi tangisan kita akan menjadi suatu relaksasi yang tiada banding, manakala kita menangis dihadapan-Nya.

“Semoga Allah senantiasa menjaga hati kita dari kesombongan dan keangkuhan diri”. Amin, Ya Mujibassailin…

Semoga Allah Yang Maha Besar memberi kesempatan pada kita untuk mengenal diri, agar kita tidak tertipu dengan topeng duniawi. Mengenal diri adalah syarat untuk menjadi lebih baik. Karena tidak mungkin kita bisa memperbaiki orang lain, kalau kita tidak bisa memperbaiki diri, kalau kita tidak berani jujur terhadap diri sendiri.

Read More......
Bookmark and Share

2010/05/13

Jika dimatanya terpancar Kebeningan, Ketulusan dan keindahan siapa yg sanggup menolaknya?


Bekerjalah dengan hati, maka hasilnya akan menyentuh hati. Hati yang ikhlas mempunyai kekuatan ruhiyah yang meluluhkan hati siapa saja yang disentuhnya. Menerapkan ikhlas adalah kontribusi besar untuk efisiensi dan efektifitas kerja, dan hasilnyapun luar biasa.

" jika dimatanya terpancar Kebeningan, Ketulusan dan keindahan siapa yg sanggup menolaknya?"


Mengapa orang yang mencintai pekerjaannya etos kerjanya sangat hebat?. Karena dia bekerja dengan hati. Namun hanya hati yang ikhlas yang tetap stabil kinerjanya bahkan meningkat dan terus meningkat. hasilnya memuaskan dan menyentuh hati setiap orang bahkan orang yang tidak dikenalnya sekalipun, karena Allah berkuasa menebar energi ikhlasnya menyentuh setiap orang yang merasakan hasil kerjanya. Mata mungkin tidak melihatnya, tapi hati akan merasakan ketulusannya.

Hati yang cenderung pamrih dan penuh dengan itung-itungan matematika harus siap-siap menelan kecewa, ketika hasil kerjanya kurang disukai dan diminati bahkan menimbulkan bibit-bibit kepicikan dan arogan. Mungkin dia akan mendapatkan hasil kerjanya sesuai dengan apa yang diusahakannya tetapi tidak lebih dari itu.

Hati yang ikhlas tidak hanya mendapatkan buah dari kerjanya namun lebih dari itu akan mendapatkan penghargaan setinggi-tingginya baik dari Allah dan manusia tanpa harus diminta, ditinggikan derajatnya dari kebanyakan orang tanpa menimbulkan tinggi hati.

Orang yang Ikhlas karirnya akan terus menanjak, kalau dia berbisnis akan membuahkan kesuksesan , kalau dia seorang marketing maka dia akan menjadi marketing yang handal karena " jika dimatanya terpancar Kebeningan, Ketulusan dan keindahan siapa yg sanggup menolaknya?"

Sumber: Forum Tanya Jawab Agama Islam

Read More......
Bookmark and Share

2010/05/11

Senyum Yukkk......


Kata senyum adalah kata yang indah dan menarik hati, menyenangkan, dan menggembirakan. Senyum itu laksana obat bagi kesedihan dan pengaruhnya sangat kuat untuk membuat jiwa bergembira dan hati berbahagia. Manakala kita tersenyum, meskipun hati kita penuh dengan kesusahan maka berarti kita telah meringankan beban penderitaan kita sendiri dan membukakan pintu keluar dari kesedihan kita.

Rasulullah SAW sendiri senantiasa tersenyum dalam setiap perilakunya, baik ketika menahan marah atau bahkan ketika beliau berada di majelis peradilan sekalipun. Diriwayatkan dari Jabir dalam sahih Bukhari dan Muslim, berkata, “Sejak aku masuk Islam, Rasulullah saw tidak pernah menghindar dariku. Dan beliau tidak melihatku kecuali beliau pasti tersenyum kepadaku.”

Didalam bermasyarakat, senyum juga merupakan suatu keharusan. Pada saat kita tersenyum dihadapan orang lain, maka kita telah memberikan gambaran yang indah tentang hidup. Tapi manakala kita hadapi orang lain dengan wajah cemberut atau bermuram durja maka secara tidak langsung kita telah menyiksa mereka dengan penampakan kita yang keruh serta menyiratkan kesan tiada kasih sayang. Rasulullah SAW bersabda, “Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah.” At Tirmidzi dalam sahihnya.

Kita sebagai manusia pada dasarnya adalah mahluk yang suka tersenyum. Itu bila dalam diri kita tidak bercokol 3 penyakit, yaitu tamak, jahat dan egoisme yang akan selalu membuat wajah tampak kusut dan cemberut sehingga tidak mampu melihat keindahan dunia ini serta mengingkari setiap kebenaran yang ada karena tertutup oleh hati yang kotor. Bila sudah begitu, sama halnya kita menggunakan kacamata hitam untuk melihat dunia ini yang membuat segala sesuatunya menjadi gelap dan pekat.

Seorang penyair berkata;
"Tersenyumlah,
selama antara kau dan kematian
ada jarak sejengkal,
setelah itu engkau tidak akan pernah tersenyum"

Lantas, masihkah kita enggan untuk tersenyum. Menyunggingkan senyum dibibir yang lahir dari hati yang tulus dan ikhlas. Bukankah tidak ada ruginya bagi kita untuk tersenyum dan berbicara dengan orang lain dengan bahasa yang manis dan lembut. Alangkah indahnya bibir kita bila bicara dengan bahasa senyum. Sungguh kita akan rugi, rugi dunia dan agama, ketika kita menahan senyuman, menahan sedekah ini, dengan selalu bermuka masam dan cemberut dalam kehidupan.

Senyum tanda mesra
Senyum tanda sayang

Senyumlah sedekah yang paling mudah
Senyum di waktu susah tanda ketabahan

Senyuman itu tanda keimanan


Senyumlah... ...


Hati yang gundah terasa tenang

Bila melihat senyum diri kan tenang

Tapi senyumlah seikhlas hati

Senyuman dari hati jatuh ke hati


Senyumlah seperti Rasulullah

Senyumnya bersinar dengan cahaya

Senyumlah kita hanya kerana Allah

Itulah senyuman bersedekah


(Senyum – Raihan)


Sungguh, kita sangat butuh pada senyuman, wajah selalu berseri, hati yang lapang, akhlak yang menawan, jiwa yang lembut dan pembawaan yang kalem dan tidak kasar.

Read More......
Bookmark and Share