Pada malam hari menjelang tengah malam, aku bersama seorang sahabat asik duduk lesehan dipinggir jalan. Kami ngobrol ngalor ngidul nggak jelas sambil menikmati nasi kucing dan hangatnya susu jahe. Ditengah obrolan kami, tiba-tiba mata kami terganggu sorotan lampu sebuah mobil. Sebuah mobil mewah parkir tepat didepan kami duduk dan tidak lama kemudian pengemudinya turun dan berjalan entah kemana.
“Cuy, apa lo mau punya mobil mewah seperti itu?," tanya sahabatku tiba-tiba.
“Menurut lo?. Cuma orang gila yang gak mau punya mobil mewah seperti itu,” jawabku.
“Seandainya mobil itu milik lo, apa yang akan lo lakukan?. Apa lo bakal benar-benar menjaganya,” tanyanya lagi.
“Tentu aja. Tiap hari bakal gua cuci supaya tetap keliatan bersih. Gua pasang sistem keamanan tercanggih biar tidak mudah dicuri. Mengemudikannya pun gua bakal hati-hati karena gua gak mau ada kecelakaan yang menimpa mobil gua. Bahkan tergores sedikit pun pasti akan bikin gua marah. Gua gak peduli berapa banyak uang dan energi yang harus gua keluarkan untuk membiayai semua itu,” ujarku.
“Subhanallah. Cuy, seandainya mobil itu adalah Islam. Masihkah lo akan melakukan hal yang sama dengan apa yang akan lo lakukan untuk menjaga mobil mewah lo,” tanya sahabatku.
Aku terdiam dan tak mampu menjawab pertanyaan sahabatku itu. Sungguh perandaian yang membuat bibir ini mendadak bisu. Betapa tidak, begitu banyak orang yang telah membuat goresan-goresan pada Islam dari semua sisi. Tapi apakah aku dan muslim-muslim lainnya peduli?. Mungkin hanya sedikit yang peduli. Mengapa aku dan banyak muslim-muslim lain tidak peduli?. Itu karena aku dan mungkin banyak muslim-muslim lain belum menghabiskan kekayaan dan energi untuk kepentingan Islam, sehingga nilai itu belum mampu merasuk kedalam hatiku juga kedalam hati tiap-tiap muslim lainnya.
~~eReS~~