Saat Kita Menangis - Blog Poenya eReS


Feeds RSS

2010/05/14

Saat Kita Menangis


Seringkali, ketika sesuatu yang telah kita rencanakan dan harapkan tidak terjadi barulah kita mengingat Dia. Kita baru menyadari, jika Allah telah menentukan dan berkehendak maka kita tidak memiliki daya dan upaya untuk mencegahnya. Dan saat itulah kita baru menangis dan merasakan sesal atas apa yang terjadi. Namun, tatkala segala rencana dan harapan itu terwujud, masihkah kita ingat dan bersyukur kepada-Nya?..


Menangis, sudah amat biasa kita lakukan manakala kita merasa harapan dan cita-cita kita berantakan, atau rencana dan tujuan yang ingin kita capai itu gagal serta segala kebuntuan yang dialami ketika segala daya upaya telah dilakukan.

Titik-titik air mata yang jatuh menetes seharusnyalah menyadarkan kita agar senantiasa mengingat-Nya. Dengan menangis, kita semestinya dapat membasahi kekeringan hati, melelehkan kerak kegersangan dan menghancurkan bongkah-bongkah keangkuhan dalam dada, hingga kita sadar bahwa kita tidaklah berhak untuk sombong serta menghadirkan kembali wajah Dia yang mengiringi setiap langkah kita selanjutnya. Semestinya pula, melelehkan air mata membuat hati tetap basah oleh ke-tawadlu-an, qona’ah, dan juga cinta terhadap sesama.


Air mata, menjadi penyadar bahwa apa pun yang kita upayakan semua tergantung pada-Nya. Tak ada yang patut disombongkan pada diri di hadapan sesama apalagi di hadapan Dia.

Air mata, akan mengantarkan kita pada kekhusyukan. Bersyukurlah bila masih bisa meneteskan air mata. Namun, air mata menjadi tak ada artinya jika setelah tetes terakhir, tak ada perubahan apa pun dalam langkah kita. Tak akan ada hikmahnya, bila kesombongan masih menjadi baju utama kita.

”Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk.” (QS Al-Israa [17]: 109).

Titik-titik air mata yang jatuh dalam setiap tangisan kita termasuk emosi yg perlu kita keluarkan,untuk meringankan hati dan pikiran kala kita sedang sedih, kalut dan mungkin juga marah. Tapi tangisan kita akan menjadi suatu relaksasi yang tiada banding, manakala kita menangis dihadapan-Nya.

“Semoga Allah senantiasa menjaga hati kita dari kesombongan dan keangkuhan diri”. Amin, Ya Mujibassailin…

Semoga Allah Yang Maha Besar memberi kesempatan pada kita untuk mengenal diri, agar kita tidak tertipu dengan topeng duniawi. Mengenal diri adalah syarat untuk menjadi lebih baik. Karena tidak mungkin kita bisa memperbaiki orang lain, kalau kita tidak bisa memperbaiki diri, kalau kita tidak berani jujur terhadap diri sendiri.

Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar